Indah
terbias sang pelangi petang,
Memukau
pandangan makhluk alam,
Membuai
khayalan jiwa insan,
Syahdu
menerpa dihati yang lara,
Dek
terpana melihat jalur keindahan,
Sang
pelangi hadiah daripada sang hujan,
Buat
penghuni bumi yang sering leka dan alpa,
Tanda
sang pencipta maha pemurah,
Lagi
maha pengasih dan penyayang,
Namun
lembayungnya paling sirna,
Tenggelam
dalam kemerahan jalur mega,
Seakan
langsung tiada kelihatan,
Hanya
samar bias cahaya menyapa dimata,
Bagi
siapa yang tahu menilainya,
Daku
ibarat ungu sang pelangi,
Hilang
dalam kemilau sang merah saga,
Bagai tiada
wujudnya dek sirna warna,
Kian
lenyap bersama redanya titis hujan,
Yang
tegar kelihatan hanya sang merah,
Kerna
bias warnanya lebih utuh,
Sungguhpun
sang ungu tiada lama,
Bertahan
untuk menampakkan dirinya,
Bias
warnanya tetap memukau sukma,
Dek
kelembutan jalurnya,
Bisa
mendamaikan hati yang duka,
Bersama
merah, jingga, kuning, hijau, biru, dan indigo,
Rela
dirinya terbias sama,
Demi
menyerlahkan indahnya pelangi,
Begitu
juga aku,
Biarpun
wujudku tiada yang peduli,
Andaipun
hadirku tiada yang tahu,
Asalku
tahu arah tuju haluan hidupku,
Biarkan
walaupun aku tidak seperti sang merah,
Yang
mudah dilihat,
Yang
senang dikenal,
Diriku
punya matlamat yang satu,
Cuma mahu
mencari redha Ar-Rahman,
Aku cuma
mahu menjadi sang ungu,
Yang
sentiasa terbias bersama,
Membentuk
jalur-jalur keihklasan,
Wujud
demi sebuah kehidupan,
Berjuang
bersama yang lainnya,
Hanya
untuk menggapai bahagia,
Di
negeri bernama akhirat.
No comments:
Post a Comment